
Sebuah Mimpi yang Kembali Menyala
Naisila Anandia, seorang gadis berusia 15 tahun, memiliki kisah yang tak biasa. Berbeda dari teman-temannya yang sudah lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP), Naisila harus menghadapi tantangan besar dalam hidupnya. Namun di balik kesulitan itu, ia menyimpan mimpi untuk menjadi seorang dokter.
Naisila berasal dari Desa Wirakanan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Meski usianya masih muda, ia telah mengalami banyak hal dalam hidupnya. Tiga tahun lalu, setelah lulus Sekolah Dasar (SD), pendidikannya terhenti karena kondisi ekonomi keluarga yang tidak stabil. Saat itu, ia memilih untuk mengurungkan niatnya melanjutkan sekolah dan lebih fokus membantu orang tua.
Namun, mimpi Naisila tidak pernah padam. Ia tetap menantikan kesempatan untuk kembali bersekolah. Kesempatan itu akhirnya datang ketika ia diterima sebagai salah satu dari 100 siswa Sekolah Rakyat (SR) Kabupaten Indramayu. SR adalah sebuah sekolah berasrama gratis yang merupakan bagian dari program Presiden RI Prabowo Subianto, khususnya untuk anak-anak kurang mampu dan putus sekolah.
Kini, Naisila bisa kembali merasakan sensasi belajar. Ia bahagia bisa kembali bersekolah dan tidak lagi menghabiskan waktu hanya di rumah. Ia mengatakan bahwa rasa senang itu sangat besar baginya. "Senang bisa sekolah lagi, enggak nganggur lagi di rumah," ujarnya dengan senyum tipis.
Pada hari ini, Naisila diantar oleh ayahnya untuk mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di Sekolah Rakyat yang sementara beroperasi di Balai Latihan Kerja (BLK) Indramayu, Jalan Gatot Subroto. Di sana, ia juga berkesempatan bertemu langsung dengan Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf. Hal ini membuatnya semakin antusias dan bersemangat.
Impian untuk Menjadi Dokter
Selama tiga tahun tanpa bangku sekolah, Naisila menghabiskan waktunya di rumah. Ia membantu ibunya melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mencuci piring, dan lain-lain. Terkadang, ia juga mengantar adiknya yang masih duduk di kelas SD berangkat sekolah.
Ia mengaku sering merasa iri melihat teman-temannya yang bisa bersekolah. "Saya pengen juga bisa sekolah," ujarnya. Namun, keinginan itu tidak pernah hilang. Bahkan, kondisi ayahnya yang sering sakit menjadi alasan utama Naisila ingin menjadi seorang dokter.
"Ngeliat bapak sakit kaya gitu, sedih. Waktu itu awalnya sakit biasa, terus pas diperiksa sakitnya batuk-batuk sampai berdarah, tetapi alhamdulillahnya sekarang sembuh," katanya. Dari pengalaman itu, Naisila memutuskan untuk menjadikan keinginannya menjadi seorang dokter sebagai motivasi untuk terus belajar.
Kini, bersama teman-teman barunya, Naisila bisa kembali mengenakan seragam sekolah. Ia pun melihat asrama tempat tinggalnya. Dari wajahnya, terlihat bahwa ia sangat ceria dan penuh harapan. "Di sini tempatnya enak, nyaman, banyak teman," ujarnya.
Dengan kesempatan ini, Naisila berharap bisa menggapai impiannya. Ia ingin bisa menyembuhkan orang-orang yang sakit dan membantu mereka yang tidak mampu. Semangatnya terlihat jelas, meskipun perjalanan masih panjang.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!