Apa Itu Gangguan Menimbun Barang? Tanda, Penyebab, dan Cara Membantu

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Apa Itu Hoarding Disorder dan Bagaimana Membedakannya dari Koleksi Biasa?

Hoarding disorder sering kali disalahpahami sebagai sekadar hobi mengumpulkan barang. Namun, kondisi ini jauh lebih kompleks dan memengaruhi kualitas hidup seseorang secara signifikan. Berbeda dengan koleksi yang biasanya dilakukan karena rasa estetika, identitas, atau nostalgia, hoarding disorder berkaitan dengan gangguan psikologis yang bisa menyebabkan kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut beberapa penelitian, hoarding disorder memengaruhi sekitar 2,5% populasi dewasa. Angka ini berasal dari meta-analisis yang melibatkan lebih dari 53.000 partisipan. Data menunjukkan bahwa prevalensi tidak berbeda signifikan antara laki-laki dan perempuan, namun cenderung lebih tinggi pada orang tua dan mereka yang memiliki diagnosis psikiatri lain. Beberapa survei bahkan memperkirakan angka bisa mencapai 6%, tergantung metode penelitian dan populasi yang dikaji.

Ciri-Ciri Hoarding Disorder

  1. Menyimpan Terlalu Banyak Barang yang Tidak Dibutuhkan
    Salah satu tanda awal adalah kebiasaan terus-menerus mengambil dan menyimpan barang, meskipun tidak benar-benar diperlukan. Barang-barang ini bisa sangat beragam, mulai dari pakaian lama hingga benda-benda gratisan. Rumah menjadi semakin penuh karena tidak ada filter dalam memilih mana yang penting dan mana yang bisa dilepas. Hal ini berbeda dengan koleksi yang biasanya terarah pada tema tertentu.

  2. Sulit Melepas atau Membuang Barang, Apa Pun Nilainya
    Ciri utama hoarding disorder adalah kesulitan luar biasa untuk membuang barang. Bahkan benda yang rusak atau dianggap sampah bagi orang lain tetap dirasa penting untuk disimpan. Perasaan takut kehilangan atau keyakinan bahwa suatu saat benda itu akan berguna membuat penderita merasa terikat.

  3. Perasaan Wajib Menyimpan dan Cemas Jika Harus Melepas
    Hoarding bukan hanya masalah kebiasaan, tapi juga berkaitan erat dengan emosi. Banyak penderitanya merasa ada kewajiban moral untuk menyimpan barang. Mereka bisa merasa bersalah, cemas, bahkan marah jika dipaksa membuang sesuatu.

  4. Penumpukan Sampai Mengganggu Fungsi Rumah
    Seiring waktu, jumlah barang yang terus bertambah akan menumpuk hingga memenuhi ruangan. Lemari, meja, bahkan tempat tidur bisa berubah menjadi tempat penyimpanan, bukan lagi digunakan sesuai fungsinya. Pada kasus yang lebih parah, dapur tidak bisa dipakai untuk memasak atau kamar mandi tidak bisa digunakan sebagaimana mestinya.

  5. Perfeksionisme dan Kesulitan Membuat Keputusan
    Hoarding disorder sering berkaitan dengan perilaku perfeksionisme. Banyak penderita merasa tidak pernah menemukan waktu atau cara “sempurna” untuk membereskan barang-barang mereka. Akibatnya, keputusan untuk membuang atau menyimpan sesuatu selalu tertunda.

  6. Masalah dalam Perencanaan dan Organisasi
    Di balik semua itu, ada pola kesulitan dalam fungsi eksekutif otak, khususnya terkait perencanaan dan organisasi. Penderita hoarding disorder biasanya merasa kewalahan saat mencoba menyortir barang, menentukan kategori, atau membuat sistem penyimpanan.

Penyebab Hoarding Disorder

  1. Faktor Psikologis dan Gangguan Mental
    Studi mencatat bahwa orang dengan depresi berat, kecemasan, gangguan obsesif kompulsif (OCD), atau skizofrenia lebih rentan mengembangkan perilaku menimbun barang. Hoarding bisa menjadi cara untuk meredakan ketidakpastian atau kecemasan.

  2. Kesulitan Mobilitas dan Keterbatasan Kognitif
    Ada individu yang mengalami keterbatasan fisik, misalnya kesulitan bergerak atau masalah kesehatan yang membuat mereka tidak mampu membersihkan rumah atau membuang barang-barang lama.

  3. Neurodivergensi: ADHD dan Autisme
    Bagi individu yang neurodivergen – seperti ADHD atau berada dalam spektrum autisme – hoarding dapat muncul dari kesulitan mengatur, menyusun prioritas, atau melepaskan keterikatan pada benda.

  4. Pengalaman Hidup yang Traumatis
    Trauma seperti kehilangan orang terdekat, perceraian, atau pengalaman hidup yang penuh kesulitan bisa membuat seseorang menimbun barang sebagai bentuk pertahanan emosional.

  5. Keyakinan dan Emosi yang Kuat terhadap Barang
    Banyak penderita hoarding memiliki keyakinan kuat bahwa setiap benda bisa berguna suatu hari nanti. Pikiran seperti “sayang kalau dibuang” atau “siapa tahu berguna di masa depan” menjadi alasan utama mereka enggan melepaskan barang.

Akhir Kata: Dukungan untuk Menghadapi Hoarding Disorder

Melihat ciri dan penyebab hoarding disorder, jelas bahwa kondisi ini tidak bisa dianggap remeh. Namun, penting diingat bahwa menolong seseorang dengan hoarding tidak berarti langsung masuk ke rumah mereka dan membuang barang-barang secara paksa. Cara itu justru bisa memperburuk kecemasan dan memperkuat keterikatan pada benda. Pendekatan yang lebih efektif adalah dengan mendorong mereka berbicara pada dokter umum atau tenaga profesional kesehatan mental. Dengarkan tanpa menghakimi, tunjukkan kepedulian pada kesehatan dan kesejahteraan mereka, serta yakinkan bahwa proses pemulihan tidak berarti kehilangan semua barang sekaligus. Dengan langkah kecil yang penuh empati, dukungan dari lingkungan bisa menjadi pintu masuk penting menuju pemulihan.