
Upaya Pemerintah Kota Kediri dalam Pencegahan Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular (PTM) tetap menjadi ancaman besar bagi kesehatan masyarakat di berbagai belahan dunia. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2018 menunjukkan bahwa PTM menyumbang sekitar 73 persen dari total kematian global. Hal ini mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan upaya pencegahan dan deteksi dini, termasuk di Kota Kediri.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri, dr Fajri Mubasysyir, menekankan pentingnya deteksi dini sebagai langkah yang sangat krusial dalam mengurangi risiko kematian. "Semakin cepat penyakit teridentifikasi, semakin besar peluang pasien untuk pulih. Namun, tantangannya adalah masyarakat sering datang ketika kondisinya sudah parah," ujarnya.
Salah satu penyakit yang memerlukan perhatian khusus adalah Lupus Eritematosus Sistemik (LES). Penyakit autoimun ini sering disebut sebagai 'penyakit seribu wajah' karena gejalanya bervariasi dan bisa mirip dengan penyakit lain. "Petugas kesehatan harus benar-benar jeli. LES bisa menyerang kulit, sendi, bahkan organ vital seperti ginjal dan jantung. Jika terlambat terdeteksi, risikonya sangat tinggi," tambahnya.
Beberapa gejala lupus yang perlu diwaspadai antara lain ruam berbentuk kupu-kupu di wajah, nyeri sendi, kelelahan ekstrem, demam, hingga sesak napas. Pembengkakan pada kelenjar, kaki, atau wajah juga bisa menjadi tanda. "Masyarakat harus peka terhadap perubahan tubuh. Jangan menunggu sampai parah, lebih baik segera memeriksakan diri ke puskesmas," pesannya.
Selain lupus, kanker payudara dan kanker leher rahim (serviks) juga menjadi fokus utama. Keduanya tercatat sebagai penyebab kematian tertinggi pada perempuan. "Gejala awal sering diabaikan, padahal jika ditemukan lebih dini peluang sembuhnya jauh lebih besar," tegas dr Fajri.
Gejala kanker payudara bisa berupa benjolan keras, perubahan tekstur kulit, hingga keluarnya cairan dari puting. Sementara kanker serviks ditandai dengan pendarahan abnormal, keputihan berbau, serta nyeri panggul. "Kami bahkan melatih tenaga kesehatan menggunakan USG untuk membantu deteksi kanker payudara di layanan primer," ungkapnya.
dr Fajri menilai, keberhasilan upaya pencegahan tidak hanya bergantung pada petugas medis, tetapi juga partisipasi masyarakat. "Upaya promotif dan preventif lebih utama daripada pengobatan. Sayangnya, masih banyak yang menunggu sakit dulu baru datang ke layanan kesehatan," katanya.
Ia pun mengimbau masyarakat untuk rutin melakukan pemeriksaan kesehatan minimal setahun sekali. "Jangan remehkan gejala kecil. Kesadaran untuk screening adalah investasi kesehatan jangka panjang," pesannya.
Dengan penguatan kapasitas tenaga medis serta kesadaran masyarakat yang terus ditingkatkan, diharapkan angka kematian akibat PTM di Kota Kediri dapat ditekan. "Kami ingin membangun budaya sehat, di mana masyarakat tidak takut periksa dan petugas lebih sigap mendeteksi. Itu kunci untuk menghadapi ancaman penyakit mematikan," pungkas dr Fajri.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!