
Kecantikan dan Kesehatan Mental: Hubungan yang Tidak Terduga
Kecantikan tidak hanya sekadar tentang penampilan fisik, tetapi juga memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan mental. Berdasarkan data dari Insites Consulting untuk L’Oréal, sebanyak 80 persen perempuan merasa lebih bahagia dan 88 persen lebih percaya diri setelah menggunakan produk kecantikan. Hal ini menunjukkan bahwa perawatan diri bisa menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup.
Psikolog Klinis Catherine J. Mills, yang berbasis di Amerika Serikat, menjelaskan bahwa aktivitas seperti penggunaan makeup atau skincare dapat memicu pelepasan hormon positif seperti dopamin dan serotonin. Hormon-hormon ini berperan dalam meningkatkan suasana hati dan menciptakan rasa tenang. "Rutinitas self-care yang meningkatkan suasana hati memberimu waktu untuk memanjakan diri, atau bahkan terhubung dengan orang lain melalui percakapan intim tentang perjalanan hidup," ujarnya.
Dalam acara bedah buku The Essentiality of Beauty yang diselenggarakan oleh L’Oréal Indonesia bersama Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Agatha Chelsea, seorang entertainer, neuroscience educator, dan founder Newronedu, menyampaikan bahwa kecantikan memiliki hubungan erat dengan kesehatan mental. Ia menekankan bahwa merawat diri dan kecantikan dapat meningkatkan kesehatan mental serta rasa percaya diri.
Selain itu, acara ini juga membahas bagaimana kecantikan kini dipandang sebagai sesuatu yang multidimensi. Bukan hanya simbol fisik, tetapi juga sarana ekspresi identitas, pendorong kesehatan mental, hingga penggerak ekonomi nasional. Data terbaru menunjukkan bahwa nilai pasar kecantikan Indonesia pada tahun 2024 mencapai hampir Rp 175 triliun, dengan 69 persen produk sudah diproduksi secara lokal. Angka ini menunjukkan potensi besar sektor ini, baik sebagai konsumsi maupun peluang bisnis dan inovasi.
Agatha Chelsea menambahkan bahwa bagi generasi muda, kecantikan adalah ruang ekspresi sekaligus peluang karier. Dari content creator, beauty entrepreneur, hingga product reviewer, jalannya semakin terbuka. Industri ini tidak lagi berhenti di meja rias, tetapi menjadi ekosistem tempat mereka bisa berkarya dan berkontribusi.
Melanie Masriel, Chief of Corporate Affairs, Engagement, and Sustainability L’Oréal Indonesia, menekankan bahwa kecantikan adalah sektor yang dinamis. "Setiap inovasi produk memicu rantai peluang baru bagi peneliti, tenaga kerja, hingga wirausahawan muda," ujarnya. Ia juga menilai bahwa industri ini bisa tumbuh meskipun dalam kondisi ekonomi yang sulit.
Di luar aspek ekonomi, kecantikan juga memiliki dampak sosial yang besar, terutama bagi generasi muda. Riset yang disajikan dalam buku ini mengungkap bahwa 82 persen Gen Z di Indonesia bersedia membayar lebih untuk produk ramah lingkungan, sementara 88 persen menunjukkan kepedulian terhadap isu iklim. Ini menunjukkan bahwa kecantikan kini bukan hanya soal tampilan luar, tetapi juga tentang nilai dan prinsip yang dipegang anak muda saat memilih produk.
Secara keseluruhan, kecantikan kini memiliki makna yang lebih luas. Ia menjadi wadah untuk memberdayakan, hingga jalan menuju masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dengan begitu, kecantikan tidak hanya sekadar tentang penampilan, tetapi juga tentang peran penting dalam kehidupan sehari-hari dan pembangunan sosial.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!