Waspada! Menggigit Kuku Bisa Jadi Tanda Stres Tanpa Disadari

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Menggigit Kuku: Kebiasaan yang Bisa Menjadi Tanda Masalah Psikologis

Menggigit kuku, atau dikenal dengan istilah onikofagia, sering kali dianggap sebagai kebiasaan sepele. Namun, di balik tindakan ini terdapat makna yang dalam dari sisi psikologis. Banyak orang melakukan hal ini tanpa sadar ketika merasa cemas, stres, atau bosan. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan kondisi emosional seseorang, tetapi juga dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik jika dibiarkan berlarut-larut.

Menurut penjelasan dari berbagai sumber edukasi, menggigit kuku sering menjadi cara tubuh menyalurkan energi berlebih saat menghadapi kecemasan. Tubuh mencari mekanisme pelepasan, dan salah satunya adalah melalui gerakan berulang seperti menggigit kuku. Hal ini juga disampaikan oleh beberapa artikel yang menyebutkan bahwa kebiasaan ini umumnya dimulai sejak masa anak-anak, lalu terbawa hingga dewasa.

Alasan Menggigit Kuku Saat Stres

Kebiasaan menggigit kuku sering kali berkaitan dengan kebutuhan untuk menenangkan diri. Para ahli psikologi menjelaskan bahwa perilaku ini termasuk dalam kategori body-focused repetitive behaviors (BFRB), yaitu kebiasaan berulang yang biasanya dilakukan secara tidak sadar untuk mengurangi rasa gelisah. Sayangnya, meski terasa menenangkan sesaat, perilaku ini justru memperkuat siklus stres yang sama.

Anak-anak dan remaja adalah kelompok yang paling sering mengalami kebiasaan ini. Namun, orang dewasa juga bisa terkena. Data dari beberapa studi psikologi menunjukkan bahwa sekitar 20–30 persen populasi dewasa pernah mengalami kebiasaan ini, terutama saat berada dalam tekanan emosional atau menghadapi situasi sulit.

Bahaya Menggigit Kuku Saat Cemas

Bahaya menggigit kuku tidak boleh disepelekan. Kebiasaan ini dapat memicu luka kecil di sekitar kuku yang berisiko terinfeksi bakteri dan jamur. Selain itu, kuman dari tangan yang masuk ke dalam mulut bisa meningkatkan potensi penyakit pencernaan. Beberapa akun media sosial menambahkan bahwa menggigit kuku terlalu sering bisa merusak struktur gigi dan membuat gusi menjadi lebih sensitif.

Dampak Psikologis

Dampak psikologis dari kebiasaan ini juga tidak kalah serius. Kebiasaan ini dapat memunculkan rasa malu atau rendah diri, terutama jika kuku terlihat rusak parah. Orang yang terus-menerus menggigit kuku bisa merasa tidak percaya diri di lingkungan sosial, sehingga memengaruhi hubungan interpersonal mereka.

Cara Mengurangi Kebiasaan Menggigit Kuku

Meskipun sulit dihentikan, ada beberapa cara efektif untuk mengurangi kebiasaan ini. Pertama, mengenali pemicu adalah langkah penting. Jika kebiasaan muncul saat stres, cobalah menggantinya dengan teknik relaksasi seperti pernapasan dalam atau meditasi singkat. Kedua, menjaga kuku tetap pendek dan rapi juga dapat membantu mengurangi keinginan untuk menggigit. Ketiga, penggunaan pengingat fisik seperti plester pada jari atau cat kuku dengan rasa pahit bisa menjadi solusi praktis.

Selain itu, dukungan lingkungan sangat berperan. Mengingatkan diri sendiri atau meminta orang terdekat membantu mengawasi bisa mempercepat proses mengurangi kebiasaan ini. Bagi sebagian orang, terapi perilaku kognitif (CBT) juga disarankan oleh psikolog untuk mengatasi kebiasaan menggigit kuku yang sudah kronis.

Kesimpulan

Fenomena menggigit kuku menunjukkan bahwa tubuh memiliki cara unik untuk menyalurkan emosi yang tidak tersampaikan. Meski tampak sepele, kebiasaan ini sesungguhnya mencerminkan kondisi psikologis yang lebih dalam, yakni sebagai jalan pintas tubuh dalam meredakan ketegangan emosional.

Kebiasaan tersebut tidak sebaiknya dibiarkan terus berlangsung. Dengan kesadaran penuh, penerapan strategi pengganti, serta dukungan profesional bila diperlukan, perilaku menggigit kuku bisa dikendalikan. Menggantinya dengan kebiasaan yang lebih sehat akan membantu menjaga keseimbangan emosi, meningkatkan rasa percaya diri, serta melindungi kesehatan fisik maupun mental dalam jangka panjang.