
Inisiatif Baru untuk Menekan Angka Stunting di Kabupaten Buol
Di tengah tantangan yang masih menghantui Kabupaten Buol, khususnya dalam hal angka stunting yang tergolong tinggi, pemerintah daerah meluncurkan sebuah inisiatif baru yang diharapkan mampu menjadi langkah penting dalam memperbaiki kondisi kesehatan ibu dan bayi. Inisiatif tersebut diberi nama Gerakan Ibu Hamil Sehat, yang diluncurkan pada hari Selasa (30/9/2025) di Lapangan Desa Boilan, Kecamatan Tiloan.
Program ini dirancang sebagai upaya untuk menekan angka kematian ibu dan bayi serta mengurangi kasus stunting yang masih menjadi permasalahan serius. Acara yang dihadiri oleh ratusan peserta mencakup berbagai elemen masyarakat, termasuk ibu hamil, pendamping, tenaga kesehatan, hingga aparat desa.
Peran Penting Layanan Kesehatan Maternal
Kepala Dinas Kesehatan Buol, Gamar A. Lahamade, menekankan pentingnya layanan kesehatan maternal yang lebih terjangkau dan konsisten. Ia menyarankan agar setiap ibu hamil menjalani pemeriksaan minimal enam kali selama kehamilan, termasuk dua kali USG oleh dokter, serta mematuhi konsumsi tablet tambah darah.
“Gerakan ini tidak hanya menyasar ibu hamil,” ujarnya. “Tapi juga keluarga dan masyarakat agar bersama-sama mencegah stunting. Ibu sehat berarti anak lahir kuat, dan pada akhirnya kualitas bangsa meningkat.”
Data yang Mengkhawatirkan
Data dari Dinas Kesehatan menunjukkan bahwa angka kematian ibu di Kabupaten Buol masih fluktuatif. Pada 2021, tercatat 9 kasus, kemudian turun menjadi 3 kasus pada 2023, namun kembali naik menjadi 5 kasus hingga September 2025. Sementara itu, prevalensi stunting tetap berada pada level mengkhawatirkan yaitu 36,9 persen, jauh di atas rata-rata nasional.
Sekretaris Daerah Kabupaten Buol, Dadang Hanggi, menegaskan bahwa masalah ini tidak bisa lagi dianggap sekadar isu kesehatan, melainkan ancaman bagi masa depan generasi. “Kesehatan ibu hamil menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan,” katanya. “Kita sedang menanam fondasi: ibu sehat, anak kuat, keluarga bahagia.”
Partisipasi Masyarakat dalam Program
Dalam acara tersebut, sebanyak 248 peserta terlibat, termasuk ibu hamil, pendamping, tenaga kesehatan, hingga aparat desa. Narasumber seperti dr. Nadia Rauf, Sp.OG., memberikan edukasi tentang pentingnya perawatan kehamilan yang tepat sejak dini.
Hadijah Abdurrahman, ketua panitia, dalam laporannya mengingatkan bahwa meski berbagai program gizi sudah dijalankan, hasilnya belum konsisten. “Angka stunting masih tinggi. Tanpa keterlibatan masyarakat secara menyeluruh, sulit bagi kita untuk menurunkan persentase ini,” ujarnya.
Komitmen Bersama untuk Masa Depan yang Lebih Baik
Atmosfer acara semakin kuat ketika di penghujung kegiatan dilakukan penandatanganan komitmen bersama. Para pejabat, tenaga kesehatan, dan warga sepakat memperkuat langkah kolektif dalam menjaga kesehatan ibu dan bayi. Simbol kecil ini memiliki makna yang mendalam, bahwa perjuangan melawan stunting bukan sekadar program pemerintah, melainkan gerakan masyarakat luas.
Potensi Jangka Panjang dari Gerakan Ini
Para ahli menilai bahwa keberhasilan Gerakan Ibu Hamil Sehat tidak hanya akan tercermin pada penurunan angka kematian ibu dan bayi, tetapi juga pada peningkatan kualitas sumber daya manusia di Buol dalam jangka panjang. Jika mampu menekan prevalensi stunting, gerakan ini berpotensi menjadi model bagi daerah lain di Indonesia.
Namun, keberlanjutan program ini sangat bergantung pada komitmen pemerintah, tenaga medis, dan keluarga. Di balik slogan “ibu sehat, anak kuat”, ada pekerjaan panjang yang menuntut konsistensi: dari pemeriksaan rutin, kepatuhan minum suplemen, hingga dukungan emosional dan sosial bagi para ibu hamil.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!