
Pentingnya Keamanan Pangan dalam Program Makan Bergizi Gratis
Pepatah modern yang menyatakan bahwa "makanan adalah bahaya tersembunyi" menjadi peringatan penting bagi masyarakat. Hal ini disampaikan oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung (Unisba), Santun Bhekti Rahimah, yang menyoroti kejadian keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) di wilayah Cipongkor dan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat. Menurutnya, pangan bergizi tidak hanya tentang nutrisi yang terkandung di dalamnya, tetapi juga harus aman dari cemaran dan risiko keracunan.
Program MBG diharapkan memberikan manfaat yang luas, bukan hanya untuk kesehatan anak-anak, tetapi juga berdampak positif pada ketahanan pangan nasional dan perekonomian masyarakat. Namun, agar tujuan tersebut benar-benar tercapai, pelaksanaannya harus disertai dengan prosedur yang jelas, sistem monitoring dan evaluasi yang terstruktur, serta langkah mitigasi risiko keracunan makanan yang bisa saja terjadi.
Keracunan massal yang terjadi di daerah tersebut menjadi alarm penting untuk pembenahan berbagai sektor. Santun menjelaskan bahwa setiap tahap dalam rantai pangan MBG sangat menentukan. Mulai dari produksi bahan makanan hingga distribusi dan penyajian, semua tahapan harus dipantau dengan ketat. Petani, peternak, dan nelayan memainkan peran penting dalam memastikan bahan baku bebas dari pestisida berlebihan dan bahan kimia berbahaya.
Selanjutnya, pengolahan dan produksi juga menjadi fokus utama. Standar higienitas sangat penting, termasuk kebersihan peralatan, suhu penyimpanan, dan penggunaan bahan tambahan pangan sesuai aturan. Memasak dengan benar, seperti pendinginan yang tepat dan pemanasan dengan suhu cukup tinggi, dapat membunuh bakteri penyebab penyakit. Pengelola makanan juga harus memenuhi standar kesehatan agar tidak menjadi sumber kontaminasi baru.
Pendistribusian makanan merupakan tahap penuh risiko karena melibatkan logistik yang kompleks. Tanpa kendaraan berpendingin, kemasan yang higienis, dan waktu distribusi yang cepat, makanan mudah rusak atau basi sebelum tiba di tangan siswa. Di sekolah, guru dan pengelola sekolah juga memiliki peran penting dalam memastikan makanan yang diterima dalam kondisi baik, dibagikan sesuai standar, dan tidak dibiarkan terbuka terlalu lama.
Selain itu, tanggung jawab juga ada pada penerima MBG. Membiasakan cuci tangan sebelum makan, menjaga kebersihan wadah, dan segera mengonsumsi makanan yang disajikan merupakan langkah sederhana namun sangat penting supaya makanan tetap bermanfaat bagi tubuh. Untuk memastikan semua tahap itu aman, diperlukan monitoring dan evaluasi yang konsisten.
Standar HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) menjadi salah satu prinsip penting dalam menjaga keamanan pangan. Standar ini membantu mengenali potensi bahaya sejak awal dan menetapkan langkah pencegahan di titik-titik paling rawan. Namun, HACCP tidak bisa berdiri sendiri, harus didukung GMP (Good Manufacturing Practice) dan SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) yang merupakan prinsip dasar produksi pangan yang baik dan praktik higiene yang benar.
Cahaya Eka Pratiwi dalam jurnalnya yang terbit di ResearchGate pada Juni 2025 mendorong adaptasi dan mengimplementasikan standar keamanan pangan yang lebih ketat. Ia menyarankan undang-undang dan peraturan yang lebih spesifik untuk program bantuan makanan berskala besar, mencakup sertifikasi penyedia, pelatihan wajib bagi semua personel (termasuk sukarelawan), dan audit keamanan pangan yang berkala dan tidak terduga.
Selain itu, Pemerintah juga diminta membentuk badan pengawasan independen yang punya kewenangan penuh memantau pelaksanaan MBG, termasuk inspeksi mendadak, pengujian sampel makanan, dan pelaporan langsung kepada publik tanpa intervensi politik. Hal ini penting guna memastikan masalah tidak lagi "dianggap sepele."
Jika evaluasi menunjukkan bahwa risiko keamanan pangan tidak dapat dikelola secara efektif dalam format program saat ini, pemerintah harus mempertimbangkan untuk menghentikan sementara program MBG atau melakukan penyesuaian besar-besaran, misalnya dengan membatasi cakupan geografis, mengurangi skala, atau mengubah mekanisme penyaluran hingga standar keamanan pangan dapat dipastikan sepenuhnya. Prioritas utama tetap adalah keselamatan dan kesehatan anak-anak.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!