Meski Sedikit, Alkohol Bisa Tingkatkan Risiko Demensia, Ini Penjelasan Ilmiahnya

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Penelitian Baru Mengungkap Bahaya Minum Alkohol dalam Jumlah Rendah

Banyak orang masih percaya bahwa minum alkohol dalam jumlah kecil tidak membawa dampak signifikan bagi tubuh. Namun, sebuah penelitian terbaru justru mengguncang keyakinan lama tersebut. Studi genetika yang dilakukan menunjukkan bahwa konsumsi alkohol dalam jumlah rendah tetap dapat meningkatkan risiko demensia. Temuan ini menjadi peringatan penting bagi siapa pun yang masih menganggap minum alkohol ringan itu aman.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa setiap konsumsi alkohol, sekecil apa pun, berpotensi memengaruhi kesehatan. Minuman beralkohol telah lama dikaitkan dengan berbagai penyakit seperti kanker payudara, kanker usus, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan gangguan hati. Meski sebelumnya ada penelitian yang menyebutkan bahwa minum alkohol dalam jumlah kecil tidak meningkatkan risiko demensia, bahkan dianggap bisa menurunkannya, studi terbaru justru membantah anggapan tersebut.

Penelitian yang diterbitkan di jurnal BMJ Evidence-Based Medicine menggabungkan analisis observasional dan studi genetika. Hasilnya mengejutkan: setiap tingkat konsumsi alkohol, termasuk yang rendah, memiliki hubungan dengan peningkatan risiko demensia. Dr. Steve Allder, seorang ahli neurologi yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menyebut temuan ini sangat penting. Ia menekankan bahwa studi ini menantang puluhan tahun riset observasional yang dulu menganggap minum alkohol ringan bisa melindungi otak dari demensia.

Dampak Alkohol pada Otak

Efek alkohol pada otak bukanlah hal baru. Menurut National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism, alkohol dapat memengaruhi area otak yang mengatur keseimbangan, ingatan, bicara, dan pengambilan keputusan. Kondisi ini meningkatkan risiko cedera dan berbagai masalah kesehatan lain.

Dr. Allder menjelaskan bahwa alkohol bersifat neurotoksik, yang berarti dapat merusak neuron, memicu penyusutan otak, mengganggu sistem neurotransmiter, dan mempercepat kerusakan pembuluh darah. Penggunaan jangka panjang juga dapat menghambat metabolisme vitamin B1 (tiamin) yang penting bagi fungsi kognitif, sementara konsumsi rendah pun telah dikaitkan dengan berkurangnya volume materi abu-abu di otak.

Selain itu, alkohol meningkatkan peradangan sistemik dan stres oksidatif yang keduanya berperan besar dalam proses neurodegenerasi atau kerusakan sel saraf.

Perbandingan Analisis Genetik dan Observasional

Studi ini melibatkan hampir 560.000 orang dari UK Biobank dan U.S. Million Veteran Program. Para peneliti menilai kebiasaan minum para peserta melalui kuesioner dan tes AUDIT-C, lalu memantau mereka selama rata-rata empat tahun. Selama periode tersebut, tercatat 14.540 orang mengembangkan demensia.

Analisis observasional menunjukkan pola berbentuk huruf U: risiko demensia lebih tinggi pada mereka yang tidak minum sama sekali dan yang minum berat, dibanding mereka yang minum kurang dari tujuh gelas per minggu. Namun, analisis genetika menghasilkan temuan berbeda.

Menurut Şebnem Ünlüişler, insinyur genetika dan pakar kesehatan umur panjang, studi observasional kadang menyesatkan karena orang yang minum ringan umumnya memiliki gaya hidup lebih sehat. Mereka cenderung rajin berolahraga, menjaga pola makan, berpendidikan lebih tinggi, atau memiliki hubungan sosial yang baik, semua faktor yang menurunkan risiko demensia. Sebaliknya, sebagian orang berhenti minum karena masalah kesehatan awal, sehingga tampak seolah-olah mereka memiliki risiko lebih tinggi.

Analisis genetika menyingkap fakta yang lebih jelas. Dengan menggunakan penanda genetik yang diwariskan dan terkait kebiasaan minum, para peneliti dapat memperkirakan paparan alkohol seumur hidup tanpa bias dari perbedaan gaya hidup.

Setiap Tetes Alkohol Tetap Berisiko

Dr. Anya Topiwala, penulis utama studi ini, menjelaskan bahwa risiko genetik konsumsi alkohol dihitung melalui penelitian asosiasi genom (GWAS). Mereka menemukan bahwa pada orang dengan keturunan Eropa, semakin tinggi risiko genetik terhadap kebiasaan minum alkohol, semakin tinggi pula risiko demensia.

Hasil analisis genetika menunjukkan bahwa tidak ada efek perlindungan dari konsumsi alkohol dalam jumlah rendah. Risiko demensia justru meningkat seiring bertambahnya konsumsi alkohol yang diprediksi.

Ünlüişler menegaskan bahwa setiap jumlah alkohol, meski sedikit, meningkatkan risiko demensia tanpa manfaat perlindungan. Sementara beberapa penelitian lama menganggap minum ringan tidak berbahaya, pilihan paling aman untuk kesehatan otak adalah mengurangi atau bahkan menghindari alkohol sepenuhnya.

Dr. Topiwala menambahkan bahwa masyarakat sebaiknya tidak beranggapan bahwa minum alkohol moderat bisa menurunkan risiko demensia. Jika ingin benar-benar meminimalkan risiko, cara terbaik adalah membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol.

Studi ini menjadi titik balik dalam perdebatan mengenai alkohol dan demensia. Temuan ini menegaskan bahwa manfaat yang dulu dilaporkan dari minum ringan kemungkinan besar hanyalah hasil bias penelitian, bukan perlindungan nyata bagi otak. Pesan kesehatan masyarakat pun perlu disesuaikan: mengurangi konsumsi alkohol, sama pentingnya dengan berhenti merokok atau menjaga kesehatan jantung, dapat menjadi strategi efektif menurunkan angka demensia di seluruh dunia.